"Sejak pandemi COVID-19, pintu bagi pelaku UMKM untuk mengeskpor penjualan produknya lebar. Ini menjadi peluang bagi pelaku UMKM untuk semangat lagi mempersiapkan diri," ucap Budi.
Budi berbagi pengalaman sekaligus resep untuk pelaku UMKM lain untuk memaksimalkan peluang ekspor. Pertama, pelaku UMKM harus memiliki inisiatif yang tinggi dalam membaca kelebihan dan kekurangan produk.
MT Farm, misalnya, mencari negara-negara yang berminat dengan produk kuliner yakni rendang domba dan rendang sapi. Setelah menemukan negara-negara yang gemar dengan produk, MT Farm menelusuri aspek-aspek legalitas.
"Bukan hanya semacam produk yang kita inginkan atau tidak, ada permintaan atau tidak. Produk kita ini dikirim keluar negeri. Masalah legalitas itu penting," ucap Budi.
Budi tidak menampik bahwa aspek legalitas selalu menjadi masalah pelaku UMKM, khususnya di Jabar. Untuk menyelesaikan masalah itu, pelaku UMKM harus berkolaborasi dan membangun komunikasi dengan pemerintah.
Dukungan pemerintah, menurut Budi, sangat krusial dalam mengekspor produk. Selain aspek legalitas, pelaku UMKM akan dapat mendukung pembiayaan sekaligus peningkatan kualitas produk, terutama pengemasan.
Selain itu, Budi juga menuturkan bahwa ada dua hal yang harus dimiliki pelaku UMKM untuk memanfaatkan peluang ekspor. Pertama, produk yang berkualitas. Kedua, kontinuitas produksi.
"Pertanyaan kita, kualitas kita bagaimana? Setelah kualitas, kontinuitasnya? Ekspor itu besarnya bukan biaya, melainkan kualitas dan kontinuitas Kualitas secara konsisten, dan bagaimana produk setelah ada ekspor," ucapnya.
Jika deret hal tersebut dapat dibangun, kata Budi, pelaku UMKM dapat memaksimalkan peluang ekspor. MT Farm sendiri mengekspor produk berupa rendang domba dan sapi dalam kemasan ke dua negara. Dalam satu bulan, MT Farm mengirim 1 kontainer ke setiap negara. Adapun dalam 1 kontainer tersebut berisi 72.000 kaleng rendang sapi dan domba yang bernilai Rp4,8 miliar.HUMAS JABAR;Rep Teguh
0 Komentar
selalu santun dan layak dibaca