Ticker

12/recent/ticker-posts

BERHENTILAH MEMPERSOALKAN ISLAM!

Buletin Kaffah No. 267 (10 Rabiul Akhir 1444 H/4 November 2022 M)


Menteri Agama Yaqut Cholil Choumas kembali mendapat kecaman warganet. Kali ini akibat pernyataannya baru-baru ini yang menyebut Islam adalah agama pendatang di Indonesia yang berasal dari tanah Arab. Karena itu, kata dia, Islam harus menghormati budaya yang ada di Indonesia. Akibat pernyataannya di podcast Deddy Corbuzier ini, Yaqut bahkan dianggap telah menistakan agama (Indeksnews.com, 1/11/2022).

Kontraproduktif

Pernyataan Menag Yaqut jelas tidak bernilai dan bahkan cenderung kontraproduktif. Alasannya: Pertama, bangsa Indonesia, khususnya umat Islam di negeri ini, jelas tidak mendapatkan manfaat apa-apa dari pernyataan Menag Yaqut bahwa Islam adalah agama pendatang yang berasal dari tanah Arab. Pasalnya, semua agama yang diakui di Indonesia—seperti Hindu, Budha dan Kristen—juga agama pendatang. Menurut salah satu catatan sejarah, Hindu dan Budha, misalnya, yang paling awal datang (sekitar tahun 78 Masehi) di Nusantara, berasal dari Cina dan India. Berikutnya disusul oleh kedatangan agama Islam sekitar abad ke-7 Masehi. Menurut teori Arab (Makkah) Islam masuk ke Indonesia langsung dari Arab (Makkah) pada masa Kekhalifahan. Teori ini didukung oleh J.C. van Leur hingga Buya Hamka dalam bukunya yang berjudul, Sejarah Umat Islam (1997). Teori ini juga didukung oleh TW Arnold yang menyatakan bahwa pada masa itu bangsa Arab merupakan bangsa yang dominan dalam perdagangan di Nusantara. Selanjutnya, yang lebih belakangan datang adalah Kristen. Kristen berasal dari Eropa. Kedatangannya dibawa terutama oleh kaum penjajah—Portugis, Belanda dan Inggris—yang datang menjajah di negeri ini.

Kedua, Islam telah menjadi agama mayoritas bagi penduduk Nusantara jauh sebelum Negara Indonesia berdiri tanggal 17 Agustus 1945. Karena itu Islam sebetulnya telah menjadi jatidiri bangsa Indonesia. Salah satu buktinya adalah peran besar umat Islam dalam melawan kaum penjajah di era penjajahan yang didasarkan pada spirit Islam, yakni jihad fi sabilillah. Itulah yang ditunjukkan oleh para pahlawan bangsa ini yang mayoritasnya berasal dari kalangan Islam. Sebut, misalnya, Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Patimura, Teuku Umar, Cut Nyak Din, dll. Mereka adalah para pejuang Islam yang gigih melawan penjajah yang selalu disertai dengan pekikan takbir.

Ketiga, secara historis, kedatangan Islam diterima dengan baik oleh penduduk asli di Bumi Nusantara ini. Bahkan transformasi kekuasaan dari beberapa kerajaan yang sebelumnya bercorak Hindu/Budha ke tangan kesultanan-kesultanan Islam nyaris tak menimbulkan konflik sama sekali. Beberapa Kesultanan Islam tersebut—yang jejaknya masih ditemukan hingga kini—antara lain: Kesultanan Perlak (840-1292), Kesultanan Ternate (1257), Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521), Kesultanan Gowa (1300-1945), Kesultanan Malaka (1405-1511), Kesultanan Islam Cirebon (1430-1677), Kesultanan Demak (1478-1554), Kesultanan Islam Banten (1526-1813), Kesultanan Pajang (1568-1586) dan Kesultanan Mataram Islam (1588-1680). Kesultanan-kesultanan tersebut tentu punya peran besar dalam mengembangkan dakwah Islam di negeri ini. Buktinya, saat Negara Indonesia berdiri, penduduknya mayoritas telah beragama Islam. Karena itu wajar jika umat Islam memiliki peran yang amat besar terhadap negeri ini, baik sebelum Indonesia berdiri maupun setelah Indonesia berdiri, baik di era penjajahan maupun di era kemerdekaan. 

Keempat, pernyataan Menag Yaqut—juga banyak pihak lain—yang seolah-olah terus-menerus mengusik dan mempersoalkan Islam dan umat Islam di negeri ini tentu sangat ahistoris. Sebabnya, negara ini sesungguhnya tidak akan pernah ada tanpa Islam dan peran besar kaum Muslim di dalamnya. 

Islam Agama Dakwah

Islam adalah agama dakwah. Allah SWT telah mengutus Rasulullah saw. untuk mengemban dakwah Islam ke seluruh umat manusia. Allah SWT berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا كَافَّةً لِلنَّاسِ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ

Tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) kecuali untuk segenap umat manusia, sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan. Akan tetapi, kebanyakan manusia tidak tahu (TQS Saba’ [34]: 28).

Allah SWT pun telah mengajari Rasul-Nya metode (tharîqah) dalam penyampaian dakwah Islam. Allah SWT berfirman:

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Serulah manusia menuju jalan Tuhanmu dengan hikmah (hujjah) dan nasihat yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sungguh Tuhanmu lebih mengetahui siapa saja yang tersesat dari jalan-Nya dan siapa saja yang mendapatkan petunjuk (TQS an-Nahl [16]: 125).

Dengan metode penyampaian dakwah semacam ini, Islam disampaikan kepada umat manusia benar-benar tanpa paksaan. Mereka yang ikhlas dan mau berpikir akan mudah menerima dakwah Islam. Sebaliknya, mereka yang sombong atau di hati mereka ada penyakit dan tidak mau berpikir, mereka akan menolak dakwah Islam ini. Meski menolak, mereka tidak akan dipaksa untuk memeluk Islam. Allah SWT berfirman:

لَا إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَدْ تَبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِنْ بِاللَّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى لَا انْفِصَامَ لَهَا وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Tidak ada paksaan untuk memeluk Islam. Sungguh telah jelas perbedaan antara petunjuk (kebenaran) dan kesesatan. Karena itu siapa saja yang mengingkari thâghût dan mengimani Allah, sungguh dia telah berpegang teguh pada tali yang kokoh yang tidak pernah putus. Allah Maha Mendengar lagi Mahatahu (TQS al-Baqarah [2]: 256).

Inilah yang juga terjadi pada bangsa ini sejak era Walisongo berdakwah di negeri ini. Mereka didakwahi agar masuk Islam secara sukarela. Tanpa paksaan sedikit pun. Mereka pun secara sukarela meninggalkan segala bentuk tradisi dan budaya—yang bertentangan dengan Islam—tanpa ada paksaan sedikitpun. 

Islam Membawa Rahmat

Islam telah terbukti berperan besar dalam melahirkan individu maupun masyarakat yang baik. Tentu selama dakwah—juga amar makruf nahi mungkar—tetap tegak di tengah-tengah masyarakat. Allah SWT berfirman:

كُنتُمْ خَيرَ أُمَّةٍ أُخرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأمُرُونَ بِٱلمَعرُوْفِ وَتَنهَوْنَ عَنِ ٱلمُنْكَرِ وَتُؤمِنُوْنَ بِٱللَّهِۗ 

Kalian adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, melakukan amar makruf nahi mungkar, dan mengimani Allah (TQS Ali Imran [3]: 110).

Dakwah dan amar makruf nahi mungkar inilah yang sekaligus menjadi salah satu faktor yang menjadikan individu dan masyarakat selamat dari keburukan bahkan kebinasaan. Dalam hal ini Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang yang menegakkan hudud Allah dan orang yang melanggarnya seperti satu kaum yang mengundi tempat di perahu. Sebagian mereka di bagian atas dan sebagian lain di bagian bawah. Orang-orang yang ada di bagian bawah perahu, jika mengambil air, melewati orang-orang yang ada di bagian atas mereka. Lalu mereka berkata, “Andai kami melubangi tempat kami dan kami tidak perlu mengganggu orang-orang di atas kami.” Jika mereka membiarkan mereka melakukan apa yang mereka mau, niscaya mereka semua binasa, sebaliknya jika mereka menindak mereka niscaya mereka selamat dan menyelamatkan semuanya.” (HR al-Bukhari dan al-Baihaqi).

Karena itulah dakwah dan amar makruf nahi mungkar—termasuk kepada penguasa yang menyimpang—tidak selayaknya dicurigai apalagi dimusuhi atau selalu dikait-kaitkan dengan radikalisme bahkan terorisme. Sebabnya, dakwah dan amar makruf nahi mungkar diperlukan agar masyarakat dan terutama para penguasa tetap di jalur yang benar, sesuai dengan tuntunan Allah SWT dan Rasul-Nya. 

Demikian pula dakwah yang mengajak umat dan terutama penguasa untuk menerapkan syariah Islam secara kâffah di negeri ini. Tidak lain untuk kebaikan masyarakat, bangsa dan negeri ini. Sebabnya, Allah SWT mengutus Rasul-Nya dengan membawa risalah (syariah)-Nya adalah sebagai rahmat bagi seluruh umat manusia, bahkan dunia ini. Allah SWT berfirman: 

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam (TQS al-Anbiya’ [21]: 107).

Lagi pula penerapan syariah Islam secara kâffah adalah wujud nyata dan paripurna dari ketakwaan kita kepada Allah SWT. Takwa inilah—yang antara lain dibuktikan dengan penerapan syariah Islam secara kâffah di negeri ini—yang pasti akan mendatangkan keberkahan bagi bangsa ini. Allah SWT berfirman:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Andai penduduk negeri beriman dan bertakwa, Kami pasti akan membukakan bagi mereka pintu-pintu keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka malah mendustakan (ayat-ayat Kami). Karena itu Kami menyiksa mereka karena apa yang mereka lakukan itu (TQS al-A’raf [7]: 96).

Alhasil, daripada nyinyir dan terus-menerus mempersoalkan Islam, yuk kita terapkan syariah Islam secara kâffah sebagai solusi atas semua persoalan yang membelit bangsa dan negeri ini. WalLâhu a’lam. []

---*---

Hikmah:

Rasulullah saw. bersabda:

‌لَتَأْمُرُنَّ ‌بِالْمَعْرُوفِ وَلَتَنْهَوُنَّ عَنِ الْمُنْكَرِ، أَوْ لَيُسَلِّطَنَّ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ‌شِرَارَكُمْ ثُمَّ لَيَدْعُوَنَّ خِيَارُكُمْ فَلَا يُسْتَجَابُ لَهُمْ

Hendaklah kalian melakukan amar makruf nahi mungkar atau (jika tidak) Allah akan menguasakan atas kalian orang-orang yang paling jahat di antara kalian, lalu orang-orang baik di antara kalian berdoa dan doa mereka tidak dikabulkan. (HR al-Bazzar).

Posting Komentar

0 Komentar