Bukan sekali ini saja (21 November 2022) Cianjur dihantam gempa dahsyat dengan daya rusak yang masif. Tersebutlah pada penghujung abad XIX tepatnya pada tanggal 28-29 Maret 1879 gempa bumi memporak-porandakan dan meluluh lantakan seisi kota Cianjur beserta desa-desa di sekitarnya, bahkan sebagian daerah yang masuk dalam wilayah Sukabumi pun turut terkena imbasnya.
Beberapa koran terbitan zaman itu tak luput untuk mewartakan peristiwa alam yang menggoncang ini.
Pemberitaan dalam Leeuwarder Courant edisi 13 Mei 1879 dengan mengutip Javasche Courant melaporkan kejadian tersebut sebagai demikian "pada malam hari tanggal 28 Maret hingga keesokan paginya tanggal 29 Maret, getaran gempa yang kuat dirasakan berulang kali di Cianjur. Semua bangunan pedesaan disana rusak parah dan penduduk turut dalam evakuasi. Beberapa rumah bangsa Eropa dan Tionghoa yang lebih permanen pun turut runtuh dan mengalami kerusakan yang parah. Warga masyarakat banyak yang terluka, pun tak luput Bupati turut pula mengalami cidera walaupun tidak seberapa parahnya, bahkan Hoofdpenghoeloe meninggal dunia akibat bencana ini. Getaran gempa juga terasa sepanjang hari di tanggal 29 Maret itu, yang sangat berat terasa terjadi pada pukul 13.00, juga goncangan besar masih menghantui pada tanggal 30 Maret pagi pukul 07.45 dan 09.25".
Rotterdamsche Courant pun turut memberitakan mengenai peristiwa bencana alam ini pada terbitannya edisi 27 Mei 1879, dimana laporannya menyebutkan "sebanyak 1.621 rumah dengan batu bata sudah tidak dapat dihuni, 13 orang tewas, dan 12 orang luka-luka, jumlah kerugian yang diderita perorangan akibat gempa ini ditaksir mencapai NLG 89.240,20".
Sementara itu Bataviaasch Handelsblad edisi 19 April 1879 menurunkan laporan mengenai gempa bumi Cianjur ini sebagai berikut "pusat pergerakan gempa terletak sepanjang jalan raya pos antara stasiun Cugenang dan pos Sukamantri. Gerakan itu mula-mula menjalar mendatar lalu seolah-olah terpusat di lembah Cianjur dan terasa disana dalam arah vertikal. Tak cuma rumah dan Masjid, beberapa jembatan seperti di Ciraden, Cijambe, Cikukulu, dan 30 gorong-gorong turut rusak parah, seperti nasib gorong-gorong di Nyalindung di jalan raya pos dari Cianjur menuju Sukabumi, kedua dinding depannya sudah ambruk dan runtuh. Jalan raya pos di sekitar Cianjur pun telah retak di beberapa ruas jalannya, sehingga lalu lintas telah diblokir di beberapa tempat".
Fotografer Woodbury & Page turut mengabadikan keruntuhan- keruntuhan bangunan yang terjadi akibat gempa bumi dahsyat yang meluluh lantakan Cianjur dan sekitarnya pada tanggal 28-29 Maret 1879.
Dokumentasi Foto: KITLV (Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde) atau Lembaga Ilmu Bahasa, Negara dan Antropologi Kerajaan Belanda
0 Komentar
selalu santun dan layak dibaca