Penulis : Abu Khifnillah
Kita seringkali mendengar wasiat taqwa yang disampaikan oleh khatib saat khutbah jum'at, mengingatkan kita untuk bertaqwa dengan benar dan hendaknya mati dalam keadaan muslim.
Allah SWT berfirman:
يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْـتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim."
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 102)
I.Meraih wasilah taqwa .
Untuk meraih predikat taqwa yang sebenarnya maka kita harus melalui wasilah (sarana/cara) yang benar.
Allah SWT berfirman:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَابْتَغُوْۤا اِلَيْهِ الْوَسِيْلَةَ وَجَاهِدُوْا فِيْ سَبِيْلِهٖ لَعَلَّـكُمْ تُفْلِحُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) untuk mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah (berjuanglah) di jalan-Nya, agar kamu beruntung."
(QS. Al-Ma'idah 5: Ayat 35)
Inilah wasilah (sarana/ jalan) untuk bertakwa kepada Allah dan mendekatkan diri kepada-Nya menurut syari'at yang terdiri dari 3 unsur.
Unsur-unsur syari’at tersebut adalah Rububiyyah, Mulkiyyah dan Uluhiyyah.
*) Rububiyyah
Untuk mewujudkan eksistensi Rububiyyah Allah di alam semesta ini maka yang harus dilakukan adalah TABLIGH yaitu Usaha menunjukkan jalan (5:67) = سَعْيٌ لِهِدَايَةِ الصِّرَاطِ
“Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia . Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. 5:67)
Aktifitas Tabligh dilakukan dengan memberikan penyuluhan dan pencerahan untuk membentuk kesadaran hukum, ini bisa berupa kabar gembira (tabsyir) dan berupa peringatan (indzar). Tabsyir ini bisa melalui proses ta’lim (keilmuan), sedangkan indzar bisa melalui proses tahkim (pemberian sangsi hukum). Inilah sarana (shirath) untuk menuju petunjuk (Shirathal mustaqim) yang baik (ma’ruf), perintah Allah (amru) untuk dilaksanakan (imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/ teguh (itsbat). Jangan sampai kita menuju Shirathal jahim yang rusak (munkar), dilarang Allah (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (tarku). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan diaplikasikan oleh seorang MUBALLIGH.
*) Mulkiyyah
Untuk mewujudkan eksistensi Mulkiyyah Allah di kerajaan bumi ini maka yang harus ditempuh adalah JIHAD sebagai Gerakan mengamankan jalan (9:122, 8:74) = ضَرْبٌ لِحِمَايَةِ السَّبِيْلِ
“tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (QS. 9:122)
“dan orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad pada jalan Allah, dan orang-orang yang memberi tempat kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka Itulah orang-orang yang benar-benar beriman. mereka memperoleh ampunan dan rezki (nikmat) yang mulia”. (QS. 8:74)
JIHAD ini bisa berupa seruan (dakwah, 9:122) dan tempur/ perang (qital, 8:74). Dakwah ini berupa proses pemahaman Diin (tafaqqohu) yang berupa keilmuan. Sedangkan Qital berupa mobilisasi (nufur) yang berupa perbuatan yakni penggalangan kekuatan.
Inilah sarana/ wadah (Sabilillah) menuju mardhatillah yang ma’ruf, perintah Allah (amru) untuk dilaksanakan (imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/ teguh (itsbat). Jangan sampai kita menuju sabilith thaghut yang rusak (munkar), dilarang Allah (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (tarku). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan diaplikasikan oleh seorang MUJAHID.
*) Uluhiyyah
Untuk mewujudkan eksistensi Uluhiyyah Allah sebagai satu-satunya pengabdian maka yang harus ditempuh adalah TAUHID sebagai Pengayoman untuk membina jalan (98:5) = رَاْيٌ لِبِنَايَةِ الطَّرِيْقِ
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”. (QS. 98:5)
Tauhid ini ditujukan kepada Al Ilah dan Al Ummat. Tauhid kepada Al Ilah artinya memurnikan (ikhlash) pengabdiannya hanya kepada Allah melalui pemahaman keilmuan. Adapun tauhid Al ummat artinya semua ummat memiliki amanat yang satu yakni khilafah fil ard sebagai bentuk amal yang kongkrit. Untuk mencapai ini tentunya harus bersatu padu melalui jama’ah (institusi). Melalui Jama’ah inilah ada yang berperan sebagai makmum dan ada juga yang berperan sebagai Imam (amir) sehingga hukum Allah (Al Quran) sebagai sumber hukum dapat diaplikasikan. Inilah sarana menuju “jannah” (Thariqul Jannah) yang ma’ruf, perintah Allah (amru) untuk dilaksanakan (imtitsal) melalui perbuatan (fi’lun) yang kokoh/ teguh (itsbat). Jangan sampai kita menuju Thariqul Jahannam yang rusak (munkar), dilarang Allah (Nahyu) dan harus menjauhinya (Ijtinabu) dengan cara meninggalkannya (tarku). Inilah yang harus senantiasa disampaikan dan aplikasikan oleh seorang MUWAHHID.
II. Menjadi pribadi MUSLIM yang haqiqi
Peringatan kedua dari wasiat diatas adalah hendaknya mati dalam keadaan MUSLIM.
Allah SWT berfirman:
وَجَاهِدُوْا فِى اللّٰهِ حَقَّ جِهَادِهٖ ۗ هُوَ اجْتَبٰٮكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِى الدِّيْنِ مِنْ حَرَجٍ ۗ مِلَّةَ اَبِيْكُمْ اِبْرٰهِيْمَ ۗ هُوَ سَمّٰٮكُمُ الْمُسْلِمِيْنَ ۙ مِنْ قَبْلُ وَفِيْ هٰذَا لِيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ شَهِيْدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُوْنُوْا شُهَدَآءَ عَلَى النَّاسِ ۖ فَاَقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتُوا الزَّكٰوةَ وَاعْتَصِمُوْا بِاللّٰهِ ۗ هُوَ مَوْلٰٮكُمْ ۚ فَنِعْمَ الْمَوْلٰى وَنِعْمَ النَّصِيْرُ
"Dan berjihadlah kamu di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia tidak menjadikan kesukaran untukmu dalam agama. (Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamakan kamu orang-orang muslim sejak dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al-Qur'an) ini agar Rasul (Muhammad) itu menjadi saksi atas dirimu dan agar kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. Maka laksanakanlah sholat dan tunaikanlah zakat, dan berpegang teguhlah kepada Allah. Dialah pelindungmu; Dia sebaik-baik pelindung dan sebaik-baik penolong."
(QS. Al-Hajj 22: Ayat 78)
Secara syari'at kita menjadi muslim ketika menerapkan nilai-nilai tauhid dan konsekwensinya.
Secara lughah menurut ilmu sharaf seseorang bisa menjadi muslim(fa'il) hanya berasal dari fi'il madhy ASLAMA yg berarti ketundukan/berserah diri yg maksimal. Tidak ada jalan yg lain untuk menjadi muslim . Jadi karakter dasar muslim adalah melakukan amalan secara maksimal (terbaik).
Allah berfirman :
وَمَنْ أَحْسَنُ دِينًا مِّمَّنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُۥ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ وَٱتَّبَعَ مِلَّةَ إِبْرَٰهِيمَ حَنِيفًا ۗ وَٱتَّخَذَ ٱللَّهُ إِبْرَٰهِيمَ خَلِيلًا
Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya.(QS An-Nisaa : 125)
Pribadi muslim merupakan pribadi terbaik diantara manusia lainnya, karena mendatangkan manfaat terbaik bagi manusia lainnya.
Sesuai hadits:
خير الناس انفعهم للناس
Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia lainnya.
Perkataannya juga merupakan perkataan terbaik, karena bermanfaat untuk menolong manusia lainnya agar selamat dunia dan akhirat. Perkataan yang mengeluarkan manusia dari Al-Zhulumaat (kegelapan) menuju Al-Nuur (cahaya).
Allah SWT berfirman:
وَمَنْ اَحْسَنُ قَوْلًا مِّمَّنْ دَعَاۤ اِلَى اللّٰهِ وَعَمِلَ صَالِحًا وَّقَالَ اِنَّنِيْ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ
"Dan siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah dan mengerjakan kebajikan dan berkata, Sungguh, aku termasuk orang-orang muslim (yang berserah diri)?"
(QS. Fussilat 41: Ayat 33)
Predikat sejati seorang muslim adalah da'i , karena amalan dan perkataannya adalah yang terbaik. Maka seorang Da'i adalah muslim yg haqiqi , muslim yang menempatkan dirinya pada kedudukan sebenarnya. Da'wah adalah manifestasi dari ikhlas (memurnikan diin) , dengan memposisikan Allah sebagai dhomir (kata ganti) huwa(pihak ketiga).
Allah SWT berfirman:
قُلْ هُوَ اللّٰهُ اَحَدٌ
"Katakanlah (Muhammad), Dialah Allah, Yang Maha Esa."
(QS. Al-Ikhlas 112: Ayat 1)
Ketika seseorang melaksanakan da'wah berarti dia telah memposisikan diri pada posisi yang selayaknya, tapi mereka yang enggan berda'wah berarti telah berada dalam posisi yang tidak selayaknya (tidak pantas).
Allah SWT berfirman:
مَا كَانَ لِاَهْلِ الْمَدِيْنَةِ وَمَنْ حَوْلَهُمْ مِّنَ الْاَعْرَابِ اَنْ يَّتَخَلَّفُوْا عَنْ رَّسُوْلِ اللّٰهِ وَ لَا يَرْغَبُوْا بِاَنْفُسِهِمْ عَنْ نَّـفْسِهٖ ۗ ذٰلِكَ بِاَنَّهُمْ لَا يُصِيْبُهُمْ ظَمَاٌ وَّلَا نَصَبٌ وَّلَا مَخْمَصَةٌ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا يَطَئُــوْنَ مَوْطِئًا يَّغِيْظُ الْكُفَّارَ وَلَا يَنَالُوْنَ مِنْ عَدُوٍّ نَّيْلاً اِلَّا كُتِبَ لَهُمْ بِهٖ عَمَلٌ صَالِحٌ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُضِيْعُ اَجْرَ الْمُحْسِنِيْنَ
"Tidak pantas bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah dan tidak pantas (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada diri Rasul. Yang demikian itu karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan di jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan suatu bencana kepada musuh, kecuali (semua) itu akan dituliskan bagi mereka sebagai suatu amal kebajikan. Sungguh, Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik,"
(QS. At-Taubah 9: Ayat 120)
Ketidak besertaan seseorang dalam mengamalkan amalan para Rasul (da'wah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya), akan menurunkan derajatnya dari posisi unggulan (terbaik) menjadi orang yang tertinggal (مخلفون) dengan kebiasaan mencari-cari alasan untuk mengajukan izin.
Allah SWT berfirman:
سَيَـقُوْلُ لَكَ الْمُخَلَّفُوْنَ مِنَ الْاَعْرَابِ شَغَلَـتْنَاۤ اَمْوَالُـنَا وَاَهْلُوْنَا فَاسْتَغْفِرْ لَـنَا ۚ يَقُوْلُوْنَ بِاَلْسِنَتِهِمْ مَّا لَـيْسَ فِيْ قُلُوْبِهِمْ ۗ قُلْ فَمَنْ يَّمْلِكُ لَـكُمْ مِّنَ اللّٰهِ شَيْئًــا اِنْ اَرَادَ بِكُمْ ضَرًّا اَوْ اَرَادَ بِكُمْ نَفْعًا ۗ بَلْ كَانَ اللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرًا
"Orang-orang Badui yang tertinggal akan berkata kepadamu, Kami telah disibukkan oleh harta dan keluarga kami, maka mohonkanlah ampunan untuk kami. Mereka mengucapkan sesuatu dengan mulutnya apa yang tidak ada dalam hatinya. Katakanlah, Maka siapakah yang dapat menghalang-halangi kehendak Allah jika Dia menghendaki bencana terhadap kamu atau jika Dia menghendaki keuntungan bagimu? Sungguh, Allah Maha Mengetahui dengan apa yang kamu kerjakan."
(QS. Al-Fath 48: Ayat 11)
Dan bahaya berikutnya yang mungkin datang jika memelihara mental tertinggal(مخلفون) adalah terjangkitnya sifat munafiq.
Allah SWT berfirman:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ اَمْوَالُكُمْ وَلَاۤ اَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ ۚ وَمَنْ يَّفْعَلْ ذٰلِكَ فَاُولٰٓئِكَ هُمُ الْخٰسِرُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah harta bendamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Dan barang siapa berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang rugi."
(QS. Al-Munafiqun 63: Ayat 9)
Semoga kita dijauhkan dari kondisi tertinggal(مخلفون) yang merasa banyak terhalangi langkahnya oleh harta dan keluarga, yang akan membuat kita cenderung melalaikan perintah Allah karena ada sifat munafiq yang tumbuh dalam diri kita.
Dan semoga kita dimudahkan dan diberi keistiqomahan untuk menjadi muslim yang haqiqi.
Aamiin..... Yaa Robbal 'Aalamiin 🤲
1 Komentar
*) Mulkiyyah:Untuk mewujudkan eksistensi kerajaan Islam di bumi ini memang harus menempuh jalan JIHAD
BalasHapusselalu santun dan layak dibaca