Ticker

12/recent/ticker-posts

JEMUR IKAN ASIN

Oleh : KH. NURFATWA

Seperti biasa setiap ada yang pesan ikan asin, baru aku belanja, maklum modal cuma promosi doang.

Dan setelah belanja, biasanya aku langsung jemur ikan asinnya dulu, biar lebih kering, walau nanti timbangannya berkurang namun kualitas ikan asin cucutnya jadi lebih kering lagi.

"Bang, jemur ikan asin ya?" Tanya Bu Broto tetangga samping rumahku.

"Iya bu."

"Ini ikan asin apaan bang?" Tanyanya lagi sambil membulak-balik ikan asin yang aku jemur.

"Ikan asin cucut." Jawabku.

"Wah, kayanya enak nih bang, minta satu ya bang?" Bu Broto tersenyum.

"Ambil aja Bu, ambil aja." Aku mempersilahkan.

Bu Broto pun mengambil beberapa ekor ikan asin cucut yang aku jemur itu.

"Terimakasih ya bang." Lalu ia masuk kedalam rumahnya.

Sorenya ketika aku akan packing pesanan ikan asin, ternyata beratnya berkurang lumayan banyak, dan terpaksa tidak jadi ku packing.

Esoknya aku belanja lagi untuk menutupi kekurangan kemarin.

Dan seperti biasa, langsung ku jemur agar lebih kering ikan asinnya.

Tak lama Bu Broto bersama beberapa ibu-ibu mendatangi ikan asin cucut yang sedang ku jemur.

"Nah ini Bu, ikan asin yang kemarin saya masak, rasanya enak loh Bu." Promosi Bu Broto pada teman-temannya.

Lalu beberapa ibu-ibu itu tampak asik memilih ikan asin cucut milikku.

"Bang, maaf saya mau nyobain satu ya." Teriak seorang ibu padaku yang sedang asik memperhatikannya.

"Iya ambil aja." Jawabku.

"Saya juga ya bang." 

Dan akhirnya mereka semua mengambil ikan asin yang sedang aku jemur itu.

Aku tak ingin bicara tentang Ikhlas atau ga ikhlas, andai saja aku ada modal untuk kembali membeli ikan asin pesanan itu, namun sudah tak ada lagi uang untuk menutupi kekurangannya, dan jujur aku bingung, karna aku juga ga mungkin melarang ibu-ibu itu meminta ikan asin yang aku jemur, aku hanya mampu tersenyum sambil garuk-garuk kepala.

Tak lama ada chat masuk.

"Bang, saya pesan ikan asin cucutnya lima kilo, kirim ke Surabaya bisakan bang?"

"Oh, bisa dong."

"Oke saya trasfer ya uangnya." 

"Alhamdulillah." Aku menghela nafas lega, karna masalah sudah terselesaikan.

Ketika aku akan berangkat belanja, tiba-tiba ada beberapa ibu-ibu mendatangi rumahku.

Aku sudah khawatir kalau mereka akan meminta ikan asin yang aku jemur.

"Bang Ahmad Mustopa saya beli ikan asin cucutnya, sekilo empat puluh ribukan?"

"Saya juga bang, beli sekilo."

Sungguh ini di luar ekspektasiku, aku sampai bengong beberapa saat.

Ternyata benar adanya, ketika kita memberi orang lain, sesungguhnya kita sedang memberi diri kita sendiri.

Jangan pernah ragu akan rejeki Allah.

Jangan pernah merasa kehilangan ketika kita berbagi pada sesama.

Kita memberi dan kita akan diberi, yakinlah.#

Posting Komentar

0 Komentar