Ticker

12/recent/ticker-posts

Nilai Sebuah Penentuan Sikap

  Nilai Sebuah Penentuan Sikap
Oleh 
Ust. Sajim

Bismillah...

Ulul Azmi merupakan gelar kehormatan bagi 5 Rasulullah yakni : Nabi Nuh a.s, Nabi Ibrahim a.s, Nabi Musa a.s, Nabi Isa a.s dan Nabi Muhammad SAW. Nabi Ibrahim a.s juga dijuluki sebagai Bapak para Nabi dan Khalilullah (Kekasih Allah), semasa mengemban dakwah kerap menghadapi perlawanan, siksaan, dan penolakan dari kaumnya.

Allah SWT juga menjadikan Nabi Ibrahim a.s sebagai "Bapak Ketiga" bagi dunia (setelah Nabi Adam a.s dan Nabi Nuh a.s) Allah SWT berfirman;

...مِلَّةَ اَبِيْكُمْ اِبْرٰهِيْمَۗ...

Artinya: "...(Ikutilah) agama nenek moyangmu Ibrahim..." QS. Al Hajj : 78

Nabi Ibrahim a.s hidup pada zaman Raja Namrud ibn Kan'an seorang Raja yang pertama kali mengaku bahwa dirinya Tuhan dari Babil, Raja yang kejam, hingga melempar Nabi Ibrahim a.s ke kobaran api yang telah disiapkan oleh Raja Namrud ibn Kan'an.

Ada sebuah kisah yang bisa dipetik pelajarannya pada saat Nabi Ibrahim a.s di bakar dalam kobaran api.

Dikisahkan ada dua ekor binatang yang turut "berpihak dan berkontribusi" baik terhadap Nabi Ibrahim a.s maupun kepada Raja Namrud. Kedua binatang tersebut adalah "Semut dan Cicak".

Semut tersebut berlari-lari dengan susah payah berusaha memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim a.s dengan membawa butiran air di mulutnya.

Semua heran dan bertanya-tanya. Seekor burung mewakili keheranan tersebut dengan memberanikan bertanya kepada semut, "Wahai semut untuk apa kamu bawa butiran air kecil itu, tidak akan ada gunanya dibanding dengan api Raja Namrud yang akan membakar Nabi Ibrahim a.s ?"

Semut itu menjawab, "Memang air ini tidak akan bisa memadamkan api itu, tapi paling tidak semua akan melihat bahwa aku dipihak yang mana."

Disisi lain, cicak ikut meniup api yang dibuat oleh Raja Namrud dengan harapan semakin membesar kobaran apinya.

Memang, tiupan cicak tidak seberapa dan tidak akan membesarkan kobaran api itu, tapi dengan apa yang dilakukannya semua tau cicak ada di pihak yang mana.

Sahabat,

Sebuah penentuan sikap (keperpihakan) akan berakhir dengan Konsekuensi sebuah resiko, jika 2 ekor binatang saja di zaman Nabi Ibrahim a.s menentukan pilihan sikap yang terbaik, maka 2 ekor binatang itu, anak dan keturunannya sampai hari ini menanggung konsekuensinya sebuah Resiko.

Bagaimana kisah semut sebagai konsekuensi dari keberpihakannya?

Allah SWT akan jaga anak dan keturunannya sepanjang masa, mana buktinya.?

Bukti penjagaan Allah SWT, kita bisa lihat Allah SWT abadikan nama sebuah Surat dalam Alqur’an yaitu "Surat An-Naml" Artinya "Semut".

Dan spesial Allah SWT sebutkan khusus dalam ayat 18-19 surat An-Naml;

Allah SWT berfirman:

حَتّٰۤى اِذَاۤ اَتَوْا عَلٰى وَا دِ النَّمْلِ ۙ قَا لَتْ نَمْلَةٌ يّٰۤاَيُّهَا النَّمْلُ ادْخُلُوْا مَسٰكِنَكُمْ ۚ لَا يَحْطِمَنَّكُمْ سُلَيْمٰنُ وَجُنُوْدُهٗ ۙ وَهُمْ لَا يَشْعُرُوْنَ

فَتَبَسَّمَ ضَا حِكًا مِّنْ قَوْلِهَا وَقَا لَ رَبِّ اَوْزِعْنِيْۤ اَنْ اَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِيْۤ اَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلٰى وَا لِدَيَّ وَاَ نْ اَعْمَلَ صَا لِحًـا تَرْضٰٮهُ وَاَ دْخِلْنِيْ بِرَحْمَتِكَ فِيْ عِبَا دِكَ الصّٰلِحِيْنَ

"Hingga ketika mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut, "Wahai semut-semut! Masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan bala tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari."

"Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, "Ya Rabbku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan Rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh." QS. An Naml : 18 -19

Dimana raja semut memerintahkan kepada anak buahnya agar masuk ke sarangnya masing2 dikarenakan Nabi Sulaiman a.s dan bala tentaranya akan melewati jalan itu khawatir akan ada yang terbunuh.

Dan, bagaimana kisah cicak sebagai konsekuensi dari keberpihakannya?

Kisah cicak ini, Allah SWT abadikan melalui lisan Rasulullah SAW.

Dari Sa’ad bin Abi Waqqash r.a, beliau mengatakan;

أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- أَمَرَ بِقَتْلِ الْوَزَغِ وَسَمَّاهُ فُوَيْسِقًا

“Nabi SAW memerintahkan untuk membunuh cicak. Beliau menyebut hewan ini dengan hewan yang fasik.” (HR. Muslim, no. 2238).

Dari Ummu Syarik r.a, ia berkata,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَمَرَ بِقَتْلِ الْوَزَغِ وَقَالَ « كَانَ يَنْفُخُ عَلَى إِبْرَاهِيمَ عَلَيْه

“Rasulullah SAW memerintahkan untuk membunuh cicak. Beliau bersabda, “Dahulu cicak ikut membantu meniup api (untuk membakar) Ibrahim a.s.” (HR. Bukhari, no. 3359)

Dari Abu Hurairah r.a, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda;

مَنْ قَتَلَ وَزَغًا فِى أَوَّلِ ضَرْبَةٍ كُتِبَتْ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَفِى الثَّانِيَةِ دُونَ ذَلِكَ وَفِى الثَّالِثَةِ دُونَ ذَلِكَ

“Barang siapa yang membunuh cicak sekali pukul, maka dituliskan baginya pahala seratus kebaikan, dan barang siapa memukulnya lagi, maka baginya pahala yang kurang dari pahala pertama. Dan barang siapa memukulnya lagi, maka baginya pahala lebih kurang dari yang kedua.” (HR. Muslim, no. 2240)

Dari contoh 2 binatang tadi kita bisa ambil ibrohnya bahwa dimana hari ini kita di tuntut untuk berfikir dan bertindak dalam penentuan sikap, bahwa sekecil apapun kita berbuat untuk membela yang benar/haq, maupun yang salah/bathil,  adalah bukti bahwa dimana kita berada dalam keberpihakan.

Benar/Haq menurut Allah yakni; "Patuh serta tunduk menjadikan Allah swt satu-satunya Illah, Al-Qur'an dan Hadits shahih menjadikan sumber segala hukum.

Lalu, dimanakah keberpihakkan kita saat ini? Di golongan "SEMUT" atau di golongan "CICAK'" ???

Wassalam...

Posting Komentar

1 Komentar

  1. "Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui. Karena pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya."
    (QS. Al-Isra' 17: 36)

    BalasHapus

selalu santun dan layak dibaca