Ticker

12/recent/ticker-posts

GHIRAH DALAM ISLAM

 

GHIRAH DALAM ISLAM
Penulis
 Alam M. henkir

Ghirah, satunusaindonesia.com

Jika kita berbicara Ghirah, tentu kita akan mengartikan itu dengan cemburu. Sedangkan dalam kehidupan ini Ghirah itu bisa diartikan lebih luas, dalam arti kata membela apa yang sudah diyakinkan. Jika dalam keluarga ada Ghirah tentu dapat dilihat dari kehidupan keluarga itu. Keperdulian keluarga dengan melindungi dan mengamankan agar keluarganya tidak diganggu pihak luar. Jika ada adik perempuan diganggu seorang lelaki, atau dilecehkan, sebagai kakak yang punya ghirah tinggi tentu akan bertindak. Dia dengan tekad bulat bisa membunuh lelaki yang berbuat tidak senonoh itu. Baginya lebih baik ia dipenjara demi membela adik perempuannya dari pada menahan malu yang tak ada habisnya. Itulah ghirah yang luar biasa.

Bagaimana dengan Islam? Tentunya kita bisa melihat kejadian yang terjadi di tanah ini, bahwa sebagian masyarakat masih memegang prinsip Ghirah. Bukan di tanah Indonesia saja kejadian masyarakat Islam di dunia masih mempunyai rasa Ghirah yang tinggi. Mereka akan berjuang dan menghancurkan bagi penghina Islam. Salah satunya belakangan ini yang terjadi di India.Adalah Nupur Sarma yang memperolok-olok bahwa Alqur’an dipersepsikan sebagai bumi yang datar. Dan Nabi Muhammad telah menikahi Aisyah saat masih berusia 9 tahun, dengan ucapan yang kontroversial, yang bernada melecehkan Nabi Muhammad SAW. Tentu saja hal itu menuai kontorversi dari umat Islamyang  punya Ghirah. Mereka tidak berdiam diri. Mereka bertindak, tidak memandang ia seorang politisi atau tokoh-tokoh penting sekalipun.

Penduduk Islam di Indonesia pun masih banyak mempunyai rasa Ghirah yang tinggi jika seseorang menghina Islam. Salah satunya adalah tentang seorang ulama yang dengan nada satire telah memperolok-olok Nabi Muhammad tatkala masih kecil. Dengan massa podium yang mendengarnya tertawa tergelak-gelak. Nabi disamakan dengan anak kecil kebanyakan yang nakal dan suka mencuri jambu. Nabi dikatakan tak terurus karena diasuh kakeknya, Nabi dikatakan menikah dengan seorang gadis yang di bawah umur, dan lain sebagainya, yang tentu saja membuat umat Islam marah. Itu jelas seorang Gus Muwafiq tidak pernah membaca sejarah Nabi Muhammad dengan benar. Bagaiamana ia dahulu dapat julukan Al’Amin, ditengah-tengah penduduknya yang mayoritas non muslim. Dari sana dapat disimpulkan betapa masa kecil Nabi tidak sama dengan anak-anak yang lain. Gus Muwafiq pun dituntut untuk mempertanggungjawabkan pernyataannya.

Dalam arena politik di Indonesia pun pernah terjadi, seorang politisi bernama Basuki Cahaya Purnama (Ahok). Dengan gamblangnya ia menyatakan saat berada di kepulauan Seribu, bahwa surat Almaidah ayat 51 adalah bentuk kebohongan. Tentu saja Ghirah umat Islam di Indonesia bangkit. Umat Islam Indonesia menuntut agar Ahok diadili, dan dapat mempertanggungjawabkan pernyataannya. Dan akhirnya Ahok dapat diadili setelah umat Islam demo besar-besaran di Ibukota.

Banyak sekali ujaran-ujaran kebencian terhadap umat Islam, yang terlontar dari mulut orang-orang yang mengaku beragama Islam. Sampai seorang menteri agama yang seyogyanya memberi rasa ayoman bagi umat Islam, ini malah memperkeruh dengan mengatakan, Adzan menggangu seperti anjing yang menggonggong. Tentu saja mayoritas Islam yang punya Ghirah segera bangkit, tanpa melihat sosok petinggi Negara. Yang jelas perkataannya sudah menghasut.

Jika disebutkan satu-persatu tentu banyak sekali penghina-penghina Islam di bumi ini. Hanya yang terdengar kepala Negara yang bertindak adalah saat peristiwa Salman Rusdi di Iran, di mana kepala Negara akan memberi imbalan besar jika dapat menangkap Salman Rusdi yang saat itu berhasil kabur keluar negeri.

Sekarang terjadi penghinaan dari seorang Panji Gumilang yang notabene mengaku orang NII yang kehidupannya serba gemerlapan. Belum mewajibkan sholat, puasa, dan sebagainya karena masih dimasa Mekah. Tentu saja hal itu memicu pendapat masyarakat bahwa NII adalah sesat. Membuat ajaran yang tidak benar, suatu ajaran yang dapat memecahkan antar keluarga.

Bagaimana reaksi umat Islam sekarang akankah masih punya Ghirah untuk mengokohkan agamanya di jalan yang benar. Apakah tidak mencoba mencari bahwa sebetulnya jalan Islam yang benar itu akan selalu ada. Jalan sesuai dengan sunah Rosul, yang diridhoi dan dirahmati Allah SWT. Marilah kita merenung adakah tempat lebih baik di ranah yang penuh kedamaian ini? Sepertinya kita harus banyak merenung dan ihtiar bahwa jalan dalam Islam yang benar itu masih ada. Dimana dalam diri masing-masing harus punya rasa Ghirah yang tinggi.

Posting Komentar

0 Komentar