Ticker

12/recent/ticker-posts

Penyelamat Persatuan Kebangsaan Indonesia” MOSI INTEGRAL NATSIR (MIN -1950) "Bagai menolong Anjing Terjepit"

 Penyelamat Persatuan Kebangsaan Indonesia”
MOSI INTEGRAL NATSIR (MIN -1950)
"Bagai menolong Anjing Terjepit"
Oleh
Nunu A Hamijaya

Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya menguji kamu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu.
(Surat An-Nahl Ayat 92)

“Islam beribadah akan dibiarkan, Islam berekonomi akan diawasi, Islam berpolitik akan dicabut seakar-akarnya”. ~
Mohammad Natsir, buku: Capita Selecta

*******


Perjuangan Revolusi Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia pasca Proklamasi 1945 telah mengalami kegagalan untuk kali pertama setelah gencatan senjata (1946) dan memulai perjuangannya di meja perundingan. Namun, lagi-lagi untuk kali kedua, mengalami kekalahan telak di meja perundingan diplomasi politik, setelah pihak RI menerima de facto wilayahnya hanya Sumatera, Jawa Tengah dan Yogyakarta; dan diakhiri dengan kekalahan militer lewat Agresi Miiter II (1948), sehingga seluruh pimpinan nasional ditawan dan ditangkap,sehingga dipenjarakan di Bangka. Maka, untuk kali ketiga, RI Yogyakarta harus menerima nasib menjadi negara bagian dari Negara RIS yang disahkan lewat KMB (Konferensi Meja Bundar) di Den Haag, Belanda (1949).


Jelaslah, bawah eksistensi negara RI yang lahir dari rahim Proklamasi 17 Agustus 1945 tidak mampu bertahan dan digantikan dengan Negara RIS (Republik Indonesia Serikat) , 27 Desember 1949 sebagai negara yang berdaulat secara internasional; sementara Negara RI Yogyakarta hanya berstatus negara bagian saja.

“Bagai menolong anjing terjepit” - Itulah Nasib MOSI Integral Natsir
( 3 April 1950),sehingga mencerai-beraikan kekuatan persatuan umat islam. Itulah sifat dasar kaum nasionalis sekuler .

Dalam titiknadir status ‘legal standing’ Negara RI, saat Soekarno-Hatta benar-benar kehilangan mukanya, -- namun tetap saja tanpa malu dan merasa bersalah dengan gagah menerima mandat sebagai Presiden dan PM Negara RIS---, maka datanglah “Sang Penyelamat Persatuan Bangsa Indonesia” bernama MOSI INTEGRAL NATSIR.

Dengan MOSI INTEGRAL ITU, Soekarno berusaha meyakinkan kepada rakyat dan bangsa Indonesia, bahwa kebangsaan Indonesia itu tetap utuh dalam kesatuan negara, maka elit pemimpin nasionalis sekuler, memanfaatkan momentum MOSI INTEGRAL itu untuk mengganti ‘nama’ Negara RIS menjadi NKRI pada 15 Agustus 1950 dan dipublikasikan secara umum pada momentum 17 Agustus 1950. Hal ini dilakukan untuk memberikan klaim legitimasi sejarah bahwa NKRI adalah kelanjutan dari Negara RI ( 17-8-1945).

Maka, sebagai bentuk konpensasinya, diangkatlah M. Natsir sebagai PM Pertama NKRI, yang hanya dijadikan ‘garansi sementara’ agar NKRI mendapat dukungan rakyat muslim. Terbukti, masa jabatan M. Natsir hanya sepuluh bulan saja. Dan sejak itu, kepemimpinan nasional berada ditangan elit pimpinan nasional sekuler yang anti Islam politik-bernegara.

Sesungguhnya MOSI INTEGRAL (3 April 1950) adalah momentum bersejarah paling dramatis yang mampu membangkitkan kembali Negara RI yang sudah karam. Perjuangannya revolusi nasional atas dasar kebangsaan sekuler itu menjadi hidup kembali dengan nama baru NKRI. Kondisi politik sejak Negara RIS terbentuk dan berubah namanya menjadi NKRI sangat mengecewakan rakyat, terutama umat Islam bangsa Indonesia yang telah berkali-kali dikhianati oleh pemimpin nasional sekuler. Banyak pemberontakan separatis terjadi antara tahun 1949-1958, mulai dari berdirinya NII, RMS,PRRI, atau RPII serta pemberontakan lainnya.

Persatuan KEBANGSAAN INDONESIA mendapat status terhormat dengan adanya MOSI INTEGRAL NATSIR (MIN) . Ini adalah sumbangsih tokoh Islam bagi Persatuan Kebangsaan Indonesia. Mosi Integral Natsir (MIN) benar-benar dijadikan ‘alat sakti’ bagi Soekarno-Hatta , justru untuk melawan kekuatan ‘Islam bernegara’ di dalam tubuh NKRI-nya sendiri, yang merongrong eksistensi NKRI, terutama pihak PRRI, RPI, dan DI/TII- NII sebagai lawan terberat bagi kelangsungan NKRI di masa depan. Alih-alih, Islam menjadi ‘lem perengkat kebangsaan’, jusru menjadi ‘troubel maker’ atau ‘biang kerok’ dan ‘kambing hitam ‘ bagi NKRI Harga Mati.

Saat, Konstituante dibentuk 10 November 1957, dan dimulainya semacam ‘perang ideologi’ antara ISLAM dan KEBANGSAAN-PANCASILA (NASIONALISME) sebagai pilihan dasar bernegara bagi Republik Indonesia, yang mencapai klimaksnya dengan terbitnya DEKRIT PRESIDEN 5 Juli 1959, dan pembubaran Partai Masjoemi (1960). Maka, dimulailah era baru ideologi NASAKOM dan DEMOKRASI TERPIMPIN ditangan Soekarno (1959-1965) berdasarkan MANIPOL - USDEK yang tak berusia lama (1959-1965) berujung tragis terjadinya tragedi nasional Gerakan 30 September – PKI 1965.

Tjiandjoer, Madinah Indonesia Masa Depan, 30/8/2023

Posting Komentar

0 Komentar